Senin, 25 Agustus 2014

Lebih Utama Mana Shalat Tarawih Berjamaah Atau Sendiri



Lebih Utama Mana Shalat Tarawih Berjamaah Atau Sendiri?

Para ulama juga berbeda pendapat apakah seharusnya shalat tarawih dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri di malam Ramadhan maka para ulama berbeda pendapat sebagai berikut:
Imam al-Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal dan jumhur ulama Syafi’iyyah dan sebagian pengikut Imam Malik dan lainnya berpendapat bahwa: Shalat tarawih lebih utama dilakukan secara berjamaah, alasannya :
1. Mengikuti perintah Umar bin Khatab ra. sebagaimana hadits-hadits yang sudah diriwayatkan terdahulu.
2. Melaksanakan amalan para sahabat Nabi saw.
3. Melestarikan amalan kaum muslimin Timur dan Barat.
4. Karena termasuk perbuatan mensyi’arkan Islam, sebagaimana halnya shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Malahan berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Imam at-Thahawi berpendapat berjamaah dalam shalat tarawih hukumnya Wajib Kifayah
Namun Imam Malik Abu Yusuf dan sebagian kecil pengikut Syafi’iyyah berpendapat bahwa shalat berjamaah Tarawih hukumnya “lebih utama dilaksanakan sendiri tanpa berjamaah” Alasannya:
1) Sabda Nabi Muhammad saw.
عن يسر بن سعيد ان زيد بن ثابت قال: افضل الصلاة صلاتكم في بيوتكم الاصلاة المكتوبة.    رواه الترمذى

Artinya: hadits riwayat dari Yusrin bin Said bahwasanya Zaid bin Tsabit berkata: “Paling utama-utamanya shalat adalah shalat kalian dikerjakan dirumah kecuali shalat fardlu”.
Pengikut Imam Malik, bertanya kepadanya: Bagaimana Imam Malik melakukan Qiyamul lail di Bulan Ramadhan lebih disukai yang mana berjamaah dengan orang banyak atau dilaksanakan sendiri di rumah?
Imam Malik menjawab: kalau dilaksanakan sendiri di rumah itu kuat dan lama. Saya lebih suka. Tetapi kebanyakan kaum muslimin tidak kuat dan malas melaksanakan shalat sendiri di rumah
Imam Turmudzi dan Imam Rabi’ah melaksanakannya sendiri di rumah begitu juga ulama-ulama lain. Sementara Imam Malik lebih suka dan lebih senang melakukan shalat sunnat sendiri di rumah.

Saifurroyya
Sumber : www.nu.or.id

Minggu, 24 Agustus 2014

Memilih Pemimpin Yang Merakyat



Genderang persaingan kontestan capres dan cawapres sudah ditabuh KPU. Saatnya rakyat Indonesia meminang-minang siapa yang akan dipilih nantinya. Memilih pemimpin adalah salah satu sarana mewujudkan kehidupan berbangsa dan bertanah air yang baik dan sejahtera. Sebab, dengan kita memilih pemimpin yang baik dan merakyat akan terwujud kehidupan yang berimbang. Tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyatnya, hanya tugas dan kewenangan sajalah yang memisahkannya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau tahu kondisi dan keadaan masyarakatnya. Mereka mau “blusukan” dan menengok apa yang rakyat butuhkan. Sehingga rakyatnya tidak takut menyampaikan aspirasinya kepada mereka. Rakyat akan sungkan, malu dan takut apabila pemimpinnya hanya duduk, tanda tangan dan berpidato di depan atau di dalam gedungnya.
“Blusukan” adalah salah satu cara ampuh untuk lebih dekat dengan rakyatnya dan mendengarkan keluh kesah rakyatnya. Cara ini sudah pernah diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Banyak kisah “blusukan” beliau yang diterangkan dalam kitab-kitab kuning. Diantaranya :
“Suatu hari Khalifah Umar sedang “blusukan” di salah satu perkampungan, tak diduga beliau mendengar tangisan anak-anak kecil yang sedang kelaparan dari salah satu rumah. Dengan bergegas beliau menghampiri rumah tersebut dan menanyakan kepada ibu mereka, “Wahai ibu, kenapa anak-anakmu menangis seperti ini?” tanya Umar. Sang ibu menjawab, “Kami selama beberapa hari belum makan”. Umar bertanya lagi, “Apa yang engkau masak itu” sambil menunjuk sesuatu di dalam penanak makanan, “Saya hanya memasak air sebagai pelipur kelaparan mereka, apabila mereka sudah capai menangis, mereka akan tertidur dengan sendirinya” jawab ibu tadi. Ibu tadi melanjutkan bicaranya, “Saya heran kepada pemimpin negeri ini, kami yang miskin ini tidak pernah dikunjungi dan tidak pernah diberi kesejahteraan” gumam ibu tersebut. Khalifah Umar pun hanya terdiam dan langsung bergegas pergi ke Baitul Mal (gudang makanan). Khalifah Umar lalu mengambil sekarung gandum dengan digendong sendiri olehnya, salah satu pengawalnya bertanya, “Ya Amirul Mukminin, ijinkan saya membantumu membawakan karung tersebut?”. “Apakah engkau kuat menanggung dosa-dosaku kelak di hari Kiamat sebagai pemimpin umat” jawab Umar, pengawalnya pun terdiam. Setelah sampai di rumah tersebut, si ibu sangat senang bukan kepalang sambil berucap, “Engkau lebih peduli daripada pemimpin negeri ini, siapakah engkau wahai pemuda?”, Khalifah Umar pun menjawab, “Saya adalah Umar yang kurang peduli pada rakyatnya dan barusan engkau terangkan sikapnya tadi”. Si ibu itu pun kaget dan langsung meminta maaf kepada Khalifah Umar bin Khattab.”




Kisah di atas adalah cermin pemimpin yang tahu betul bagaimana seharusnya seorang pemimpin. Pemimpin hebat bukan karena fisik, orasi dan namanya hebat. Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mau melihat penderitaan rakyat dan mendengarkan keluh kesah rakyat. Rakyat tidak menginginkan pemimpin yang hanya ngomong dan berorasi di luar maupun dalam gedung. Rakyat ingin pemimpin yang mau dekat dengan mereka dan mau mendengarkan rintihan mereka.

Allahu A’lamu bi Muradih

al-Faqier ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
21-05-14, Kaliwungu Kota Santri    

Berita Wafatnya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN, Allah Taala mengangkat lagi ilmu dari dunia ini. Telah meninggal dunia pada hari Jumat kemarin (29 Syawal 1431 H) Syaikh MUHAMMAD BIN JAMIL ZAINU rahimahullah dan disholatkan di Masjidil Haram Makkah.
Kita mencintai beliau -insya Allah Taala-. Mohonkanlah ampunan dan Rahmat Allah untuk beliau rahimahullah wa ghafara lahu wa lana.

Aktifitas terakhir beliau adalah pengajar di Darul Hadits Makkah. Buku-buku beliau yang paling banyak beredar di Indonesia adalah :

1. Minhajul Firqotin Najiyah (diantara buku manhaj pertama yang ana baca)
2. Kuntu Naqsyabandiyan (Aku dulu penganut Tarekat Naqsyabandi)
3. Kayfa ihtidaytu ilat Tauhid (Bagaimana aku mendapat hidayah kepada Tauhid)
4. Bimbingan Islam bagi Pribadi dan Masyarakat (buku ini bagus sekali, biasa dibagikan bagi jamaah haji Indonesia)
5. Kayfa Nurabbi Auladana (Bagaimana mendidik anak-anak kita)
6. Nidaun ilal murabbiyin wal Murabbiyat (Sebuah panggilan untuk para pendidik)

(Info wafat beliau dari Ikhwan di Makkah)

disadur dari Akun Facebook Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray : www.facebook.com/SofyanRuray

Sabtu, 23 Agustus 2014

Doa adalah Otaknya Ibadah

doa, otak ibadah, cara berdoa, adab berdoa, doa mustajab, kumpulan doa
Doa Otaknya Ibadah
Doa tidak sekadar menjadi ibadah, tetapi juga otaknya ibadah. Ini ditunjukkan oleh sabda Rasulullah SAW dari Anas RA dengan sanad (silsilah riwayat hadits) yang marfu (hadits yang sampai sanadnya kepada Nabi SAW): 
"Doa itu adalah otaknya dari ibadah." (HR. Imam yang empat, dan Imam Turmudzi menshahihkannya)

Otak adalah sarinya, intinya, dan yang paling berarti dari sesuatu itu (ibadah). Demikian yang diterangkan oleh Imam Syaukani dalam kitab Tuhfatudz Dzakkirin. Karena doa adalah intinya ibadah maka setiap ibadah tanpa doa bagaikan buah tanpa isi atau seperti jasad yang tidak memiliki otak waras. 

 
Ayat Al Quran telah mengisyaratkan bahwa doa merupakan ibadah. Karenanya, Allah perintahkan manusia untuk berdoa kepada-Nya dan menyebutkan orang-orang yang tidak beribadah (berdoa) adalah orang-orang yang menyombongkan diri di hadapan Allah.

Alangkah buruknya kesombongan manusia di hadapan Allah SINT karena memalingkan diri dari meminta kepada-Nya. Padahal, kesombongan itu hanya milik Allah, perhiasan Allah, dan kebesaran Allah. Bagaimana mungkin seorang hamba yang lemah dan hina menyombongkan diri di hadapan Allah dengan tidak mau berdoa. 


Padahal, Allah yang mencipta dirinya, menanggung rezekinya, bahkan yang menghidupkan dan mematikan serta memberinya pahala dan siksaan. Tidak diragukan lagi bahwa kesombongan merupakan gejala kegilaan atau bibit-bibit
kekufuran atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Jadi, mari kita jadikan doa sebagai rutinitas kita sehari-hari. Sumber: Buku Dahsyatnya Doa Para Nabi.


Tags yang berkaitan dengan doa: berdoa, adab berdoa, berdoa ketika haid, kelebihan berdoa, cara berdoa, berdoalah, cara berdoa kristen, berdoa ketika hujan, cara berdoa yang benar, doa otaknya ibadah.

Doa Nabi Adam dan Hawa

doa, nabi, adam, hawa, quran, al araf 23, godaan iblis, surga
Doa Nabi Adam
Nabi Adam dan Hawa memiliki kisah penuh rahasia dan tanda tanya. Allah SWT menempatkan mereka berdua di surga dan memerintahkan kepada mereka agar tidak memakan buah atau biji tertentu. Namun, iblis telah menggoda mereka dan mereka memakannya dan tertimpa bencana. Berikut ini doa Nabi Adam dan Hawa yang diabadikan dalam Al Quran Surah Al A’raf ayat 23.

Doa Nabi Adam dan Hawa
Allah swt berfirman kepada mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Dalam kondisi ini, Nabi Adam dan Hawa bertaubat dan mengangkat tangan sambil berdoa:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbanaa zholamnaa anfusanaa waillam tagfirlanaa watarhamnaa lanakuunanna minal khoosiriin
Artinya:
“Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
 
Penjelasan Doa Nabi Adam dan Hawa
Doa Nabi Adam dan Hawa diabadikan dalam Al Quran surah Al Araf ayat 23.
 
doa, nabi adam, hawa, quran, al araf ayat 23
Doa Nabi Adam dan Hawa dalam Surah Al Araf Ayat 23
Bacaan doa ini merupakan ungkapan rasa bersalah Nabi Adam, melanggar larangan Allah. Sehingga akibat dari pelanggaran ini, Nabi Adam mendapat hukuman yaitu,dipisahkan dari istrinya Siti Hawa, selama kurang lebih dari 300 tahun lamanya.
 
Selama itu pula Nabi Adam selalu mengadakan pengakuan dosa atas kesalahan yang diperbuatnya. Dan itu terjadi atas ketidakmampuan Nabi Adam menghadapi bujuk rayu iblis yang senantiasa mengajak ke jalan kesesatan/kezhaliman, sebagaimana hal ini dikisahkan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 36 dan Surah Al-Araf ayat 22.

Begitu Allah menerima pengakuan dosa Nabi Adam dan Nabi Adam diingatkan untuk mengikuti semua petunjuk-Nya,maka akhirnya Allah mempertemukan kembali dengan Siti Hawa di Jabal Rahmah, padang arafah. Pertemuan beliau sebagai implementasi ampunan dari Allah dan merupakan suatu kebahagiaan atau surga. Diolah dari berbagai sumber.
 
Tags yang terkait dengan doa nabi adam:doa nabi yusuf, doa nabi adam di multazam, doa nabi ibrahim, doa nabi nuh, doa nabi muhammad, doa nabi musa, doa nabi sulaiman, doa nabi yunus.
 
 

Jumat, 22 Agustus 2014

Muhaasabatun Nafs

Penulis : Penulis : Al-Ustadz Fahmi Abubakar Jawwas

Dari Abi Hurairah Radiyallah Anhu berkata,Rasulallah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:"seseorang dari kalian melihat kotoran dimata saudaranya dan melupakan batang pohonan yg membentang dimatanya(dishahihkan Syaikh Albani Rahimahullah di Shahih Al-Jaami no 8013)

berkata Abdur Rouuf Al-Manaawi sepertinya manusia,karena kekurangannya dan kecintaannya kepada dirinya,mencermati pandangan dlm kesalahan saudaranya dan dia mendapatkannya walaupun tersembunyi,maka dia buta dgn kesalahanya sendiri yg tampak dan tdk tersembunyi dgnnya ini dimisalkan bagi siapa saja yg melihat kesalahan yg kecil dari manusia kemudian dia menghina mereka dengannya,dan didlmnya terdapat kesalahan,apa-apa yg disandarkannya kepadanya seperti penyandaran batang kepada kotoran mata dan ini adalah dari seburuk-buruknya keburukan,dan seburuk-buruknya kesalahan yg ditampakan,maka semoga Allah memberikan rahmatnya bagi orang yg menjaga hatinya,perkataannya dan tetap mengurusi perkaranya,dan menjaga kehormatan saudaranya,dan berpaling dari apa-apa yg tdk penting baginya,maka barang siapa yg menjaga wasiat ini,maka akan senantiasa keselamatannya bersamanya dan sedikitlah penyesalannya,maka menyerahkan permasalahan kepada yg lebih pengalaman darinya itu lebih selamat,dan Allah lah yg lebih Alaa dan jg Alam,dan pujian Allah kepada orang yg mengatakan:"

#aku melihat seluruh manusia,melihat kesalahan selainnya#
#dan dia buta dari kesalahan yg dia berada didalamnya#
#maka tdk ada kebaikan bagi orang yg tdk melihat kesalahan dirinya#
#dan dia melihat kesalahan yg berada disaudaranya#
(Faidh Al- Qodiir Syarh Al- Jaamii Ash-Shogiir no 9992 jld 6/456)

Imam Abdul Ghani Al-Maqdisi Rahimahullah berkata:"dan barang siapa yg tdk mampu berjalan diatas jalan yg lurus,maka bersungguh-sungguhlah dia untuk mendekatkan dirinya kepada jalan yg lurus,maka sesungguhnya keselamatan itu dgn amalan yg shaleh.

dan tdklah tercipta amalan-amalan shaleh kecuali dari akhlak-akhlak yg baik,maka bagi setiap hamba agar dia mencari sifat-sifat yg baik dan akhlak-akhlak yg baik itu,agar dia menyibukan dirinya dgn satu pengobatan setelah pengobatan yg satunya,dan agar bersabar dgn mempunyai tekad terhadap kepedihan yg dirasakan dari perkara ini,maka sesungguhnya perkara tersebut akan terasa nimat seperti nimatnya penyapihan untuk bayi setelah bencinya dia dgn penyapihan itu,jikalau dikembalikan ke payudara sungguh dia akan membencinya,dan barang siapa yg mengetahui pendeknya umur jika dibandingkan dgn lamanya kehidupan diakhirat,dia akan memikul kesukaran dgn bepergian berhari-hari untuk mendapatkan kenimatan yg abadi,maka ketika pagi hari suatu kaum memuji orang yg mulia serta dermawan.

dan ketahuilah:”sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla jika menginginkan kebaikan kepada hambanya maka Allah akan memberikan menampakan kepadanya aibnya sendiri,maka barang siapa yg mempunyai penglihatan yg tajam,maka tdk akan tersembunyi aibnya sendiri,dan jika dia mengetahui aib-aib itu sendiri,dia berusaha dengan kuat untuk mengobatinya,tetapi kebanyakan manusia bodoh akan aibnya mereka sendiri,salah seorang dari kalian melihat kotoran dimata saudaranya dan tdk melihat batang pohonan yg membentang dimatanya[1] .

maka barang siapa yg ingin mencari kesalahan dirinya maka baginya melakukan empat cara:

1.cara yg pertama agar dia duduk belajar bersama Syaikh yg dia tajam penglihatannya dengan penyakit-penyakit hati,dia mengetahui aib-aib dirinya dan cara mengobatinya,dan ini sangatlah jarang adanya dizaman ini,maka barang siapa yg duduk dengannya,maka dia telah duduk bersama dokter yg pandai,dan janganlah dia berpisah dengannya.

2.cara yg kedua agar dia mencari teman yg jujur yg cermat yg memegang agamanya dengan kuat,dan menjadikannya sebagai teman dekatnya agar memperingatkannya atas perbuatan yg dibenci dari akhlak-akhlaknya dan amalannya.

dan Amiirul Mu’miniin Umar bin Khattab Radiyallahu Anhu berkata:” semoga Allah merahmati orang yg memberikan petunjuk kepada kami atas aib-aib kami.

dan Salman Radiyallahu anhu telah bertanya kepada Umar Radiyallahu Anhu ketika telah tiba dan tampak aibnya,maka dia berkata:”aku mendengar bahwasanya engkau telah mengumpulkan dua lauk pauk diatas meja makan,dan sesungguhnya kamu mempunyai 2 pakaian,pakaian untuk malam hari dan pakaian untuk siang hari,maka dia berkata:apakah ada hartamu selain ini? beliau berkata tdk؛,beliau berkata:adapun ini telah mencukupiku keduanya.

dan Umar Radiyallahu Anhu bertanya kepada Hudzaifah Radiyallahu Anhu:apakah didiriku ada sifat-sifat kemunafikan?dan ini dikarenakan setiap siapa saja yg tinggi derajatnya pada hakikatnya maka akan tambahlah perhatiannya untuk dirinya,hanya saja dizaman sekarang ini sangatlah langka mendapatkan teman yg dengan sifat seperti ini,karena sesungguhnya sangatlah sedikit didalam persahahabatan yg meninggalkan mencari muka,maka dia mengabarkan dgn aib atau meninggalkan hasad,maka janganlah dia menambahkannya diatas ukuran yg wajib,dan sungguh para salaf mencintai seseorang yg mengingatkan mereka terhadap aib-aib mereka,dan kita dizaman sekarang keumumannya,orang yg paling kita benci adalah orang yg memberitahukan kepada kita aib-aib kita,dan ini adalah tanda dari lemahnya iman,maka sesungguhnya akhlak yg buruk adalah seperti kalajengking,kalau seandainya ada seseorang yg memperingati kita bahwasanya dibawah pakaian salah seorang dari kita ada kalajengking kita akan memberikan kalung penganugrahan baginya,dan kita akan menyibukan diri kita untuk membunuhnya,dan akhlak yg hina lebih besar bahayanya dari pada kalajengking walaupun dalam keadaan yg tdk tersembunyi.

3.agar dia mendapatkan faedah tentang pengetahuan dirinya dari lisan musuh-musuhnya,maka sesungguhnya pandangan kemurkaan atau permusuhan itu menampakan suatu cela,dan manusia mengambil suatu manfaat dari musuhnya yg bertikai mengingatkan akan aibnya,lebih banyak dari mengambil manfaatnya dari teman yg mencari muka yg menyembunyikan aibnya.

4.agar dia berteman dengan manusia maka setiap sesuatu yg dia lihat ada cela diantara mereka maka jauhilah mereka(Muktashor Minhaajil Qaasidiin jld 3/14)



[1] dishahihkan oleh Syaik Albani Rahimahullah di Shahiih Al-Jaami no 8013 ,

ABU UQAIL Meninggal Dengan Jari Menunjuk Ke Langit

Dari Ja’far bin Abdillah bin Aslam berkata, "Tatkala peperangan Yamamah berlangsung dan kaum muslimin berada di tengah medan perang, orang yang pertama kali mendapat luka adalah Abu Uqail. Dia terkena panah pada bagian antara kedua bahu dan dadanya namun tidak meninggal dunia. Kemudian panah itu dicabut sehingga pada siang hari tangan kirinya terasa lemah. Kemudian ia dibawa ke dalam kemah.

Ketika peperangan semakin memanas, umat Islam tampak mengalami kekalahan serta mulai melewati batas yang diten-tukan, sementara itu Abu Uqail dalam kondisi lemah karena luka, tiba-tiba ia mendengar Ma’n bin Addy menyeru, Wahai kaum Anshar, mohonlah pertolongan kepada Allah, mohonlah pertolongan kepada Allah, seranglah musuhmu!

Ibnu Umar berkata, "Setelah mendengar seruan itu Abu Uqail berdiri untuk menemui kaumnya. Maka aku bertanya, Apa yang kamu inginkan? Kamu tidak wajib menyerang!

Abu Uqail menjawab, Tadi ada seseorang memanggil namaku.

Aku katakan kepadanya, Orang yang memanggil itu mengatakan, Wahai orang-orang Anshar, bukan memanggil wahai orang-orang yang terluka!

Abu Uqail berkata, Aku termasuk salah satu orang Anshar, oleh karena itu aku harus menyambut seruannya sekalipun dengan merangkak.

Kemudian Abu Uqail memakai ikat sabuknya dan mengambil pedang dengan tangan kanannya seraya menyeru, Wahai kaum Anshar, seranglah musuh sebagaimana dalam perang Hunain! Bersatulah kamu sekalian semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadamu. Majulah ke medan perang sebab kaum muslimin itu bersembunyi sekedar memperdayakan musuh, giringlah musuhmu sehingga masuk ke dalam kebun kemudian kamu membaur dengan mereka dan pedang-pedang kalian memenggal mereka.

Aku perhatikan bagian-bagian tubuh Abu Uqail ternyata tangannya yang terluka telah lepas dari bahunya dan jatuh di medan peperangan. Pada tubuhnya terdapat 14 luka yang menyebabkan ia meninggal dunia. Saat itu musuh Allah, Musailamah telah terbunuh.

Aku berada di sisi Abu Uqail ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir. Aku memanggil namanya, Wahai Abu Uqail! Dia menjawab, Labbaik -dengan terbata-bata- siapa yang kalah? Aku menjawab, Bergembiralah, musuh Allah telah terbunuh. Kemudian ia menunjuk ke langit dengan jarinya sambil memuji Allah lalu meninggal dunia. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya." (Masyari’ul Asywaq Ila Mashari’il ‘Isyaq, 1/509.)

Sumber : 99 Kisah Orang Shalih